Pencoba Yesus
Matius 4:3-4, 6-7, 9-10 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”
Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Apakah arti dari 3 Pencobaan yg dialami Tuhan di Padang Gurun?
Pencobaan-pencobaan ini berkaitan dgn hedonisme (lapar/kepuasan), egoisme (loncatan spektakuler / kekuatan) dan materialisme (kerajaan / kekayaan). Penginjil Yohanes dalam surat-suratnya menyebut pencobaan-pencobaan “di dalam dunia” sebagai “keinginan mata” (materialisme), “keinginan daging” (hedonisme) dan “keangkuhan hidup” (egoisme).
1 Yohanes 2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Kalau kita menghubungkan dengan 1 Yoh 2:16, maka percobaan pertama ini berhubungan dengan keinginan daging. Yesus mengingatkan kita bahwa manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa, mempunyai kebutuhan jasmani dan rohani. Dan kita harus mengingat bahwa kebutuhan jiwa mempunyai tempat yang lebih tinggi dari kebutuhan jasmani, karena jiwa bersifat selamanya sedangkan badan bersifat sementara.
Dengan demikian, Iblis senantiasa mengingatkan kita akan kebutuhan jasmani, dan Yesus mengingatkan bahwa kita harus memperhatikan keadaan jiwa kita dengan bergantung pada Firman yang keluar dari mulut Allah. Dan jika Firman itu telah menjadi daging, maka untuk bertahan dari percobaan kedagingan kita harus bergantung pada Sang Firman, yaitu Yesus sendiri, yang adalah Firman (Yoh 1:1).
Yohanes 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Di percobaan kedua, Iblis memberikan percobaan keinginan mata atau kekuasaan, uang, kerajaan duniawi, yang pada akhirnya menjadi satu paket dengan sujud menyembah si iblis. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus sendiri
“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat 6:24)
Dan pada percobaan ini, Yesus menegaskan
“Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mat 4:10)
Dan inilah yang menjadi perintah pertama dari 10 perintah Allah.
Pencobaan terakhir yang diberikan oleh Iblis kepada Yesus adalah pencobaan yang paling berbahaya, yang telah menjatuhkan Adam dan Hawa. Inilah pencobaan yang digambarkan oleh rasul Yohanes sebagai “keangkuhan hidup“. Keangkuhan atau kesombongan adalah ibu dari segala dosa. Untuk menangkal pencobaan ini, maka Yesus menjawab dengan “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”” (Mat 4:7).
Kesombongan menggoda kita dengan mengatakan bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri, termasuk hidup tanpa Allah. Kesombongan membuat kita salah dalam menilai diri kita sendiri. Kesombongan membuat kita yang sebenarnya tidak dapat hidup tanpa Tuhan, berfikir bahwa kita dapat melakukan semuanya sendiri dan tidak perlu melibatkan Tuhan.
Di dalam konteks inilah, kita diingatkan oleh Yesus untuk tidak mencobai Tuhan Allah-Mu, yaitu untuk tidak menganggap diri kita sama seperti Tuhan, yang dapat menentukan segala sesuatu sendiri. Kesombongan menghalangi rahmat Tuhan untuk dapat mengalir secara bebas kepada manusia, sehingga manusia yang pada dasarnya lemah akan semakin tidak berdaya tanpa rahmat Allah. Kesombongan ini hanya dapat ditangani dengan kerendahan hati, kebajikan yang menjadi dasar dari semua kebajikan. Kerendahan hati adalah mengakui bahwa kita bukanlah apa-apa dan Tuhan adalah segalanya.
Pencobaan-pencobaan itu ditujukan untuk menyesatkan dan menyelewengkan tiga ciri utama manusia; untuk berpikir, berkeinginan, dan berperasaan yang berada di dalam pikiran, jiwa dan hati sebagaimana disebutkan oleh Yesus dalam Hukum Terutama. Semua ini terkait dgn transendental atau ideal paling utama dalam tiga area minat manusia; ilmu (kebenaran), seni (keindahan) dan agama (kebaikan).
Kita orang percaya dipanggil untuk mencari kebajikan – kebajikan ilahi; iman, pengharapan dan kasih yang menghubungkan mereka secara langsung kepada Allah yang sendirinya adalah Kebenaran, Keindahan, dan Kebaikan.